Maestro Pendidikan Ki Hadjar Dewantara bersama Dirjen GTK Dr. Iwan Syahril, Ph.D

 

Salam Santun, Sahabat Rumah Belajar SulTra 2020. Pada tulisan ini, saya akan membagikan tentang Kuliah Umum pembaTIK Level 4 2020: Berbagi bersama Drijen GTK Dr. Iwan Syahril, Ph.D. Di dalam paparannya, Pak Iwan ini bercerita banyak tentang Ki Hadjar Dewantara. 

Pak Iwan memulai kuliah umum ini dengan pertanyaan klasik yang cukup membingungkan, "Seorang anak lahir itu bagai kertas kosong atau kertas dengan coretan yang samar?" Selama ini pasti kita pernah membaca juga tentang, "Ketika belajar, kita bagai botol kosong atau botol setengah isi?" Pertanyaan-pertanyaan seperti ini memang cukup membingungkan. Mengapa? Karena semuanya bisa jadi benar dengan dasarnya masing-masing. Akan tetapi, yang ingin disampaikan oleh Pak Iwan adalah perspektif Ki Hadjar Dewantara. Nah, kalau yang ini, jawaban yang mungkin tepat adalah seorang lahir bagaikan kertas dengan coretan yang samar, karena Ki Hadjar Dewantara meyakini bahwa setiap anak mempunyai kecerdasannya masing-masing. Ini senada dengan pemaparan Butet Manurung dalam tulisan sebelumnya. Pendidikan hanya bisa menuntun, bukan membelokkan jalan. Artinya, pendidikan tidak dapat mengubah kodrat seseorang. Dalam sebuah analogi, Ki Hadjar Dewantara mengatakan, padi tidak akan dapat tumbuh menjadi jagung.


Berawal dari pertanyaan itulah, Pak Iwan kemudian mengajak kita mengunjungi Ki Hadjar Dewantara. Pernahkah, Sahabat mengira bahwa Ki Hadjar Dewantara ternyata mempunyai tiga guru dari berbagai belahan dunia? Ya, Bapak Pendidikan itu ternyata berguru pada Friedrich Frobel (Jerman), Maria Montessori (Italia), dan Rabindranath Tagore (India). Menariknya, Pak Iwan membeberkan kenyataan bahwa Bunda Montessori pun pernah berkunjung ke Taman Siswa Yogyakarta pada tahun 1940 dan Mbah Tagore berkunjung ke tempat yang sama pada tahun 1927. Saya sendiri sudah mengetahui fakta bahwa Ki Hadjar Dewantara berguru ke Tagore dari seorang guru saya, Muhammad Shodiq Sudarti namanya. Akan tetapi, perihal kunjungan dua tokoh pendidikan dunia ke Taman Siswa itu yang cukup mencengangkan. Dari paparan ini, disimpulkan bahwa betapa hebatnya Bapak Pendidikan kita.

Pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang disampaikan oleh Pak Iwan difokuskan pada Guru dalam Perspektif Merdeka Belajar. Ada tiga poin penting yang digarisbawahi Pak Iwan, yaitu sebagai berikut.

1. Memandang Anak dengan Rasa Hormat

Anak-anak bukan sebuah mesin sehingga tidak bisa seenaknya sendiri diatur-atur. Oleh karena itu, sebagai seorang pendidik, kita perlu memandang anak-anak dengan rasa hormat. Dalam hal ini, seperti yang sudah disinggung sejak awal, bahwa padi tidak mungkin tumbuh sebagai jagung. Akan tetapi, pendidik mampu untuk menumbuhkan padi sebagai padi dengan kualitas terbaik.


2. Mendidik secara Holistik

Inti dari pendidikan Ki Hadjar Dewantara adalah pendidikan berlandaskan pada budi pekerti. Maksudnya adalah bahwa pendidikan harus melibatkan cipta, rasa, karsa, dan raga. Dengan melibatkan keempat hal ini, maka pendidikan akan membawa pada kebijaksanaan.

3. Mendidik secara Revelan/Kontekstual

Kodrat zaman manusia adalah berkembang secara terus-menerus, oleh karena itu pembelajarannya pun harus selalu disesuaikan. Hal ini akan memudahkan pola komunikasi dan kebergunaan pembelajaran bagi peserta didik.

Nah, demikian pemaparan Pak Iwan. Bila, Sahabat ingin menyimak lebih lengkap, silahkan berkunjung ke kanal YouTube Rumah Belajar Kemdikbud. Silahkan klik video berikut. Selamat menyimak!



Merdeka Belajarnya, Rumah Belajar Portalnya, Maju Indonesia

#merdekabelajar #pembaTIK2020 #tributetohendriwidiatmoko #guruberbagi