Pendidik Haruskah Menulis? Begini Kata “Asma Nadia”
Kalau pematerinya Bunda Asma, sudah pasti pembahasannya adalah masalah tulis-menulis. Menurut Sahabat, mengapa pendidik harus menulis? Ya karena dengan menulis, kita bisa meninggalkan sesuatu untuk masa depan. Menulisnya hari ini, hidupnya mungkin bisa sampai nanti. Semoga.
Hampir dalam semua workshop kepenulisan, pertanyaan purba yang selalu muncul adalah bagaimana memulai sebuah tulisan? Bagaimana caranya mengatasi writer block? Dari mana ide tulisan kita? Untuk itu, Bunda Asma pun langsung mengatakan, tentukan dulu alasanmu mengapa harus menulis. Bagi Bunda Asma, dengan mengetahui tujuan, maka menulis akan menjadi mudah. Lalu, pentingkah sebuah ide? Tentu saja penting. Akan tetapi, bukan berarti kita harus selalu berhenti di situ. Menurut Bunda Asma, ide bagus bukan yang utama.
Pernyataan Bunda Asma ini mengingatkan saya pada Dea Anugrah. Kalau menurut Mas Dea, menulis itu bukan perkara "apa", tetapi "bagaimana". Nah, Bunda Asma pun begitu, ide itu bisa datang dari mana saja, terutama keresahan kita. Kemudian, menulis bukan hanya soal pengisi waktu luang, tetapi kebutuhan. Hal ini berarti, kita harus menempatkan menulis sebagai bagian dari gaya hidup kita. Seandainya, menulis bisa sama halnya dengan makan atau tidur, maka bukan tidak mungkin kita bisa terbiasa dengan menulis. Bagaimana pun caranya, saya kira kita akan menulis.
Nah, beruntungnya Sahabat adalah Bunda Asma dengan suka rela membagikan tips tulisan menarik. Apa saja, ya? Di sini Bunda Asma membaginya menjadi dua, yaitu ide dan teknik. Menurut Bunda Asma, ide sebuah tulisan mestilah baru dan dekat dengan pembaca. Dengan demikian, tulisan kita akan mudah menemukan pasar baca dan diterima oleh pembaca.
Sementara itu, di bagian teknik penulisan, seperti yang sudah Sahabat pelajari dalam unsur instrinsik cerita, Bunda Asma punya beberapa poin yang harus dikuatkan. Ada judul sebagai pintu masuk seorang pembaca kepada karya kita. Ada konflik yang menjadikan tulisan kita menarik, karena jujur saja, cerita tanpa permasalahan adalah lautan tanpa garam. HAMBAR. Kemudian ada setting atau latar untuk memanjakan imajinasi pembaca. Ada penokohan yang menghidupkan cerita. Ada bentuk cerita dan ending yang berkesan agar pembaca tidak bosan. Hal-hal teknis seperti inilah yang semestinya menjadi perhatian penulis.
Lalu, setelah mengikuti kuliah umum dari Asma Nadia ini apakah kita otomatis bisa menulis? Tidak semudah itu, Sahabat. Tidak ada kata lain, selain NULIS! Jadi, kalau ingin jadi penulis, ya kuncinya cuma MULAI MENULIS.
Kalau Sahabat ingin menyimak pembahasan lengkapnya, silakan berkunjung ke kanal YouTube Rumah Belajar Kemdikbud. Silahkan klik video berikut.
Terima kasih telah berkunjung dan nantikan tulisan selanjutnya.
Merdeka Belajarnya, Rumah
Belajar Portalnya, Maju Indonesia
#merdekabelajar #pembaTIK2020 #tributetohendriwidiatmoko #guruberbagi
0 Komentar
Terima kasih atas kunjungannya
Emoji