Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 7 Prov. Sulawesi Tenggara

Pada abad ke 21, di mana masyarakat semakin menjadi beragam secara demografi, maka pendidik akan lebih lagi perlu mengembangkan, membina, dan memimpin sekolah-sekolah yang toleran dan demokratis. Sebagai seorang pemimpin tentunya guru akan dihadapkan pada suatu kasus atau permasalahan yang memerlukan suatu pengambilan keputusan dengan pemikiran yang matang. Keputusan yang akan di ambil harus disesuaikan dengan nilai-nilai kebajikan yang dianut yang harus dilaksanakan dengan bertanggung jawab.

Mari kita renungkan kalimat bijak berikut ini.

"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik" (Bob Talbert)

Pendidikan adalah suatu proses yang sistematis dan terencana, bukan hanya sekedar mengajarkan murid tentang teori/materi/konten namun bagaimana semua itu masuk kedalam kalbu alam pikir mereka sehingga semua akan berdampak pada perilaku dan karakter karena manusia beradab lebih baik dari orang berilmu. Ilmu yang baik dilandasi oleh karakter baik sehingga murid dapat menjalankan kehidupan dengan Bahagia dan keselamatan setinggi-tingginya.

Seorang pendidik harus mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya, Menjadi pendidik berarti kita siap menjadi role model semua nilai kebajikan bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan kita. Mampu berkontribusi bagi peserta didik, setiap keputusan yang kita ambil harus berpihak kepada murid dengan dilandasi nilai-nilai kebajikan.

Hal ini sejalan dengan kalimat bijak berikut ini,

"Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku  etis" (Georg Wilhelm Friedrich Hegel).

Memahami kalimat tersebut pendidikan merupakan proses menuntun siswa dengan penguatan karakter, norma -norma  sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya. Generasi yang akan datang adalah cerminan pendidikan saat ini yang kita poles seperti membuat maha karya terbaik yang akan mewarnai negeri ini di masa yang akan datang.

Setelah kita mencoba memahami dua kalimat tersebut di atas, berikut kami sajikan rangkuman dari pembelajaran modul 3.1 ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya.



  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Sebagai pendidik, harus bisa menjadi teladan atau model bagi murid dan bahkan masyarakat atau lingkungan sekitar. Dalam bersikap, bertutur kata, maupun berinteraksi dengan orang lain bisa menjadi contoh nyata bagi seorang guru dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat. 

Pratap Triloka yang digagas oleh Kihajar Dewantara dengan semboyan yang kita kenal yaitu “ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Maksdnya adalah “di depan memberi teladan, di tengah memberi motivasi dan di belakang memberikan dukungan”. Khususnya semboyan ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Seorang guru harus mampu memberikan tauladan atau contoh yang baik kepada murid. Filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa bermakna bahwa seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras. Sehingga pada akhirnya guru dapat membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani memberikan pengaruh kepada guru untuk menjadi pendukung terhadap murid. Guru bertugas menyemangati, mendukung kreatifitas siswa, serta menggali potensinya. 

Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pemimpin pembelajaran sudah sepatutnya menerapkan pengambilan keputusan bertanggung jawab yang berpihak pada murid dengan berlandaskan pada 4 paradigma, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 tahap pengambilan keputusan untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar pancasila. 

  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam mengambil suatu keputusan?

Dalam diri setiap individu sejatinya memiliki nilai-nilai positif yang telah tertanam. Salah satu nilai kebajikan universal yang menjadi barometer dari nilai-nilai kebajikan yang lain yaitu tanggung jawab, sebuah keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan. Melalui sikap tanggung jawab dari dalam diri, sebuah keputusan yang kita ambil tentunya akan mencerminkan bagaimana prinsip diri kita berdasarkan ketiga prinsip pengambilan keputusan, sehingga akan mendorong terwujudnya Wellbeing dalam ekosistem pendidikan.

Dalam situasi tertentu keputusan yang diambil akan berhadapan pada dua situasi yang semuanya memiliki nilai kebenarannya sehingga menyebabkan munculnya dilema etika (benar lawan benar) atau bujukan moral (benar lawan salah). Nilai-nilai positif ini yang akan mempengaruhi dan prinsip yang harus dipegang teguh oleh guru untuk mengambil keputusan yang benar dan bijaksana agar tercipta pembelajaran yang berpihak pada murid.

  • Bagaimana materi pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut sudah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ' coaching ' yang telah dibahasa sebelumnya.

Dalam aspek pembelajaran, guru sebagai agen perubahan harus mampu mengetahui kebutuhan belajar murid sekaligus pemberi contoh yang baik dengan memahami karakter belajar siswa serta kondisi social emosional sebagai pemimpin pembelajaran di kelas. Dalam hal ini demi terciptanya profil pelajar Pancasila harus bisa menyelesaikan berbagai masalah pembelajaran di kelas yang sifatnya dilematis, berangkat dari sini tentunya penting suatu pendekatan coaching, dimana guru sebagai coach dapat mengajukan pertanyaan pemantik kepada siswa untuk penyelesaian masalahnya yang dapat dijadikan sebagai solusi bagi permasalahan yang dihadapinya.

Melalui kegiatan Coaching, pengambilan keputusan akan lebih efektif karena keputusan yang diambil berasal dari potensi yang dimiliki seseorang. Sehingga keputusan tersebut bisa dipertanggungjawabkan yang akan mendorong terwujudnya Wellbeing dalam ekosistem sekolah.

  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan seorang guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional sangat berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan, khususnya dilema etika. 

Guru yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik, lebih efektif dan cenderung lebih tangguh dan merasa nyaman di kelas. Pengendalian emosi sosial yang baik akan berdampak baik terhadap pengambilan suatu keputusan yang melibatkan dilema etika. Keputusan yang akan diambil oleh guru dengan kemampuan sosial emosional yang baik akan melalui suatu pertimbangan dan pemikiran yang matang dengan berkesadaran penuh yang akan dijalankan dengan penuh tanggung jawab dengan segala konsekuensinya.

  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali ke nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Seorang pendidik diperlukan suatu kesadaran diri  dan keterampilan hubungan sosial untuk mengambil keputusan, yang tentunya dilandasi dengan nilai-nilai kebajikan yang dianut. Dengan 9 (sembilan) langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan terutama pada uji legalitas untuk menentukan apakah masalah tersebut termasuk dilema etika yang merupakan permasalahan benar lawan benar ataukah bujukan moral (berarti benar lawan salah). 

Apabila permasalahan yang dihadapi adalah bujukan moral maka dengan tegas sebagai pendidik harus kembali ke nilai-nilai kebenaran. Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai tersebut, sehingga keputusan yang diambil diharapkan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan prinsip yang berpusat pada peserta didik serta mendorong terwujudnya iklim pendidikan yang baik di sekolah.

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat, tentu akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, suasana yang kondusif, aman dan nyaman. Hal yang perlu dilakukan yaitu mengenali terlebih dahulu masalah yang terjadi, apakah masalah itu termasuk dilema etika atau bujukan moral. 

Sebelum membuat keputusan, penting untuk menganalisa berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, sehingga keputusan yang diambil dapat membangun lingkungan yang positif, kondusif,,dan nyaman bagi murid.

Lingkungan dengan kondisi tersebut tentunya merupakan harapan oleh seorang pendidik, untuk dapat melakukan suatu perubahan dengan pendekatan sistemitis iInkuiri Apresiatif BAGJA ke arah yang lebih baik demi mewujudkan visi sekolah.

  • Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat mengatur pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Dalam kasus dilema etika, pada dasarnya apapun keputusan yang kita ambil dapat dibenarkan secara moral. Walaupun demikian keputusan tersebut harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam pengambilan suatu keputusan. Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, guru dapat memilih mana yang akan dipakai. Apakah kita harus memikirkan hasil akhir dari keputusan kita yang sesuai dengan prinsip berpikir berbasis hasil akhir ( end based thinking ), atau harus melihat peraturan yang mendasari keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan- pemikiran berbasis aturan ) atau kita harus menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sesuai dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli ( care based thinking ).

Tantangan dalam menjalankan pengambilan keputusan yang melibatkan kasus dengan dilema etika di lingkungan saya sering disebabkan karena perbedaan prinsip, masalah perubahan paradigma dalam berpikir dan budaya sekolah yang telah dijalankan selama ini. Tantangan lainnya datang dari warga sekolah yang tidak memiliki komitmen tinggi untuk menjalankan keputusan dengan bertanggung jawab. Apalagi jika keputusan yang dibuat dan dilaksanakan cenderung mengarahkan warga sekolah untuk keluar dari zona nyamannya.

  • Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Setiap keputusan yang kita ambil akan berpengaruh terhadap pengajaran yang memerdekakan murid, keputusan bagaimana kita menyusun strategi pembelajaran yang dapat mengakomodir kebutuhan belajar siswa. membuat keputusan yang tepat untuk potensi murid dapat kita awali dengan mengetahui kesiapan, minat, serta profil belajar murid. 

Selanjutnya kita dapat memutuskan strategi pembelajaran yang sesuai untuk mengakomodasi kebutuhan belajar setiap siswa melalui strategi pembelajaran berdiferensiasi konten, proses, atau produk. hal tersebut akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi, minat, dan bakat sesuai kodratnya.

  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Setiap pengambilan keputusan akan membawa dampak baik jangka pendek maupun jangka panjang bagi murid-murid. Guru adalah pemimpin pembelajaran, oleh karena itu seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan dengan tepat dan bijaksana. Dengan  memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal dan melalui pengujian benar salah akan menjadikan pengambilan keputusan kita akurat dan teruji. Keputusan-keputusan yang berpihak pada murid akan berdampak pada kehidupan masa depan murid untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan.

  • Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang di dapat dari pembelajaran modul 3.1 ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah:

a.     Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dengan berlandaskan pada filosofi Ki Hadjar Dewantara dan berpihak pada murid. Tujuan dan arah dari pengambilan keputusan yang hendak guru wujudkan sejalan dengan visi yang dirumuskan

b.     Keterampilan pengambilan keputusan oleh guru merupakan salah satu peran dari guru sebagai pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya.

c.      Pengambilan keputusan dapat menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif BAGJA demi perubahan ke arah yang lebih baik untuk mewujudkan visi sekolah dan memajukan dunia pendidikan.

d.      Keputusan yang diambil harus berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan universal dan budaya positif yang di anut oleh guru dan warga sekolah.

e.     Pengambilan keputusan oleh pemimpin pembelajaran diharapkan mampu mengakomodasi keberagaman warga sekolah utamanya keberagaman kebutuhan belajar murid.

f.      Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar Pancasila.

Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkan pengambilan dan pengujian keputusan yang dikombinasikan dengan menggunakan teknik coaching dengan menggunakan alur TIRTA untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

  • Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Terkait pemahaman konsep pada Modul 3.1 sejauh ini, yakni jika dalam suatu pengambilan keputusan manakala suatu masalah yang memiliki dua kemungkinan yang keduanya terasa benar namun saling bertentangan (dilema etika) dan suatu situasi ketika kita dihadapkan pada keadaan benar atau salah (bujukan moral). Pada kasus dilema etika terdapat 4 paradigma di dalam pengambilan keputusan yaitu paradigma individu lawan masyarakat, paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan, paradigma kebenaran lawan kesetiaan, dan paradigma jangka pendek lawan jangka panjang. Paradigma ini dapat membantu kita dalam menganalisis kasus yang melibatkan dilema etika.

Selain paradigma, juga saya memahami mengenai 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end-based thinking), berpikir berbasis peraturan (rules-based thinking), dan berpikir berbasis rasa peduli (care-based thinking). Prinsip ini digunakan sebagai arah pengambilan keputusan yang akan diambil menuju keputusan yang paling sesuai.

Untuk 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan terdiri dari : mengenalai nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa saja yang terlibat, kumpulkan fakta-fakta yang relevan, pengujian benar dan salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan), pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilema, membuat keputusan dan tinjau lagi keputusan dan refleksikan.

Hal-hal di luar dugaan saya, apabila sebuah kasus sudah dipahami sebagai pelanggaran hukum, maka langkah-langkah pengambilan keputusan tidaklah perlu dilanjutkan karena hal itu sudah melewati uji legal (hukum) yang menyatakan kasus tersebut adalah benar lawan salah (bujukan moral).

  • Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengalami kasus dilema etika berdasarkan paradigma individu lawan kelompok (individual vs comunity). Saat itu, jujur hanya mengandalkan keputusan hasil akhir yang tidak merugikan kedua belah pihak.  Dalam modul ini, ternyata dipelajari sebuah kasus dilema etika yang perlu diselesaikan dengan langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan , agar apa yang diputuskan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.

  • Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Konsep yang saya pelajari memberikan dampak luar biasa bagi pola pikir saya. Sebelumnya saya berpikir bahwa pengambilan keputusan hanya berdasarkan regulasi saja. Ternyata banyak hal yang menjadi dasar, , saya memahami bahwa dalam pengambilan suatu keputusan untuk menyelesaikan suatu masalah, sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang baik tentunya harus berupaya menganalisis kasus tersebut apakah merupakan suatu dilema etika atau bujukan moral. Dengan membuang otoritas dan pandangan bahwa kita dapat mengontrol siswa secara penuh dan mampu menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang harus berlandaskan nilai-nilai kebajikan,tanggung jawab dan keberpihakan kepada murid.

  • Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai seorang individu maupun dalam memposisikan diri sebagai pemimpin pembelajaran, maka mempelajari modul ini sangatlah penting. Di mana keputusan yang diambil harus berdasarkan beberapa pertimbangan yang matang sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan, mampu memberikan manfaat yang positif bagi banyak orang, berdampak baik terhadap lingkungan serta tidak merugikan salah satu pihak. Dengan memahami isi modul ini, diharapkan setiap keputusan yang diambil adalah langkah bijaksana dan paling terbaik untuk jangka panjang. Aaamiinnn….


Salam Bahagia. Tergerak, Bergerak, Menggerakkan. Terima Kasih.