Pada abad ke 21, di mana masyarakat
semakin menjadi beragam secara demografi, maka pendidik akan lebih lagi perlu
mengembangkan, membina, dan memimpin sekolah-sekolah yang toleran dan demokratis.
Sebagai seorang pemimpin tentunya guru akan dihadapkan pada suatu kasus
atau permasalahan yang memerlukan suatu pengambilan keputusan dengan pemikiran
yang matang. Keputusan yang akan di ambil harus disesuaikan dengan nilai-nilai
kebajikan yang dianut yang harus dilaksanakan dengan bertanggung jawab.
Mari kita
renungkan kalimat bijak berikut ini.
"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang
berharga/utama adalah yang terbaik" (Bob Talbert)
Pendidikan
adalah suatu proses yang sistematis dan terencana, bukan hanya sekedar
mengajarkan murid tentang teori/materi/konten namun bagaimana semua itu masuk
kedalam kalbu alam pikir mereka sehingga semua akan berdampak pada perilaku dan
karakter karena manusia beradab lebih baik dari orang berilmu. Ilmu yang baik
dilandasi oleh karakter baik sehingga murid dapat menjalankan kehidupan dengan
Bahagia dan keselamatan setinggi-tingginya.
Seorang
pendidik harus mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya, Menjadi pendidik
berarti kita siap menjadi role model semua nilai kebajikan bagi peserta didik
dan seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan kita. Mampu berkontribusi bagi
peserta didik, setiap keputusan yang kita ambil harus berpihak kepada murid
dengan dilandasi nilai-nilai kebajikan.
Hal ini
sejalan dengan kalimat bijak berikut ini,
"Pendidikan
adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis"
(Georg Wilhelm Friedrich Hegel).
Memahami
kalimat tersebut pendidikan merupakan proses menuntun siswa dengan penguatan
karakter, norma -norma sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai
moral, kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya. Generasi yang
akan datang adalah cerminan pendidikan saat ini yang kita poles seperti membuat
maha karya terbaik yang akan mewarnai negeri ini di masa yang akan datang.
Setelah kita mencoba memahami dua kalimat tersebut di atas, berikut kami sajikan rangkuman dari pembelajaran modul 3.1 ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya.
- Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Sebagai pendidik,
harus bisa menjadi teladan atau model bagi murid dan bahkan masyarakat atau
lingkungan sekitar. Dalam bersikap, bertutur kata, maupun berinteraksi dengan
orang lain bisa menjadi contoh nyata bagi seorang guru dalam kehidupan di
tengah-tengah masyarakat.
Pratap Triloka yang digagas oleh Kihajar Dewantara dengan semboyan
yang kita kenal yaitu “ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut
wuri handayani”. Maksdnya adalah “di depan memberi teladan, di tengah
memberi motivasi dan di belakang memberikan dukungan”. Khususnya semboyan
ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Seorang guru harus mampu
memberikan tauladan atau contoh yang baik kepada murid. Filosofi Pratap
Triloka ing madyo mangun karsa bermakna bahwa seorang guru harus memberikan
karsa atau usaha keras. Sehingga pada akhirnya guru dapat membantu murid
untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya
secara mandiri. Filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani memberikan
pengaruh kepada guru untuk menjadi pendukung terhadap murid. Guru bertugas
menyemangati, mendukung kreatifitas siswa, serta menggali potensinya.
- Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam mengambil suatu keputusan?
Dalam diri setiap individu sejatinya memiliki nilai-nilai
positif yang telah tertanam. Salah
satu nilai kebajikan universal yang menjadi barometer dari nilai-nilai
kebajikan yang lain yaitu tanggung jawab, sebuah keputusan yang diambil harus
dapat dipertanggungjawabkan. Melalui sikap tanggung jawab dari dalam diri,
sebuah keputusan yang kita ambil tentunya akan mencerminkan bagaimana prinsip
diri kita berdasarkan ketiga prinsip pengambilan keputusan, sehingga akan
mendorong terwujudnya Wellbeing dalam ekosistem pendidikan.
- Bagaimana materi pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut sudah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ' coaching ' yang telah dibahasa sebelumnya.
Dalam aspek pembelajaran, guru sebagai agen perubahan harus
mampu mengetahui kebutuhan belajar murid sekaligus pemberi contoh yang baik
dengan memahami karakter belajar siswa serta kondisi social emosional sebagai
pemimpin pembelajaran di kelas. Dalam hal ini demi terciptanya profil pelajar Pancasila
harus bisa menyelesaikan berbagai masalah pembelajaran di kelas yang sifatnya
dilematis, berangkat dari sini tentunya penting suatu pendekatan coaching,
dimana guru sebagai coach dapat mengajukan pertanyaan pemantik kepada siswa
untuk penyelesaian masalahnya yang dapat dijadikan sebagai solusi bagi permasalahan
yang dihadapinya.
- Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan seorang guru dalam mengelola dan menyadari aspek
sosial emosional sangat berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan,
khususnya dilema etika.
- Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali ke nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Seorang pendidik diperlukan suatu kesadaran diri dan keterampilan hubungan sosial untuk
mengambil keputusan, yang tentunya dilandasi dengan nilai-nilai kebajikan yang
dianut. Dengan 9 (sembilan) langkah konsep pengambilan dan pengujian
keputusan terutama pada uji legalitas untuk menentukan apakah masalah tersebut
termasuk dilema etika yang merupakan permasalahan benar lawan benar ataukah bujukan
moral (berarti benar lawan salah).
- Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Pengambilan keputusan yang tepat, tentu akan
berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, suasana yang kondusif, aman
dan nyaman. Hal yang perlu dilakukan yaitu mengenali terlebih
dahulu masalah yang terjadi, apakah masalah itu termasuk dilema etika atau
bujukan moral.
Sebelum membuat keputusan, penting untuk menganalisa berdasarkan
4 paradigma, 3 prinsip, 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang
berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, sehingga keputusan yang diambil dapat
membangun lingkungan yang positif, kondusif,,dan nyaman bagi murid.
- Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat mengatur pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Dalam
kasus dilema etika, pada dasarnya apapun keputusan yang kita ambil dapat
dibenarkan secara moral. Walaupun demikian keputusan tersebut harus
memperhatikan prinsip-prinsip dalam pengambilan suatu keputusan. Dari 3
prinsip penyelesaian dilema, guru dapat memilih mana yang akan dipakai. Apakah
kita harus memikirkan hasil akhir dari keputusan kita yang sesuai dengan
prinsip berpikir berbasis hasil akhir ( end
based thinking ), atau harus melihat peraturan yang mendasari
keputusan yang kita ambil (berpikir berbasis peraturan- pemikiran berbasis aturan )
atau kita harus menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman
sesuai dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli ( care based thinking ).
- Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Setiap keputusan yang kita ambil akan berpengaruh
terhadap pengajaran yang memerdekakan murid, keputusan bagaimana kita menyusun
strategi pembelajaran yang dapat mengakomodir kebutuhan belajar siswa. membuat
keputusan yang tepat untuk potensi murid dapat kita awali dengan mengetahui
kesiapan, minat, serta profil belajar murid.
- Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
- Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan yang di dapat dari pembelajaran
modul 3.1 ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah:
a. Pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan
sebagai pemimpin merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru
dengan berlandaskan pada filosofi Ki Hadjar Dewantara dan berpihak pada murid.
Tujuan dan arah dari pengambilan keputusan yang hendak guru wujudkan sejalan
dengan visi yang dirumuskan
b. Keterampilan pengambilan keputusan oleh guru merupakan
salah satu peran dari guru sebagai pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh
kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik
lainnya.
c. Pengambilan keputusan dapat menggunakan pendekatan Inkuiri
Apresiatif BAGJA demi perubahan ke arah yang lebih baik untuk mewujudkan visi
sekolah dan memajukan dunia pendidikan.
d. Keputusan yang diambil harus berlandaskan pada nilai-nilai
kebajikan universal dan budaya positif yang di anut oleh guru dan warga sekolah.
e. Pengambilan keputusan oleh pemimpin pembelajaran diharapkan
mampu mengakomodasi keberagaman warga sekolah utamanya keberagaman kebutuhan
belajar murid.
f. Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki
kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan
muridnya menuju profil pelajar Pancasila.
- Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Terkait pemahaman konsep pada Modul 3.1 sejauh ini, yakni
jika dalam suatu pengambilan keputusan manakala suatu masalah yang memiliki dua kemungkinan
yang keduanya terasa benar namun saling bertentangan (dilema etika) dan suatu
situasi ketika kita dihadapkan pada keadaan benar atau salah (bujukan moral).
Pada kasus dilema etika terdapat 4 paradigma di dalam pengambilan keputusan
yaitu paradigma individu lawan masyarakat, paradigma rasa keadilan lawan rasa
kasihan, paradigma kebenaran lawan kesetiaan, dan paradigma jangka pendek lawan
jangka panjang. Paradigma ini dapat membantu kita dalam menganalisis kasus yang
melibatkan dilema etika.
Selain
paradigma, juga saya memahami mengenai 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu
prinsip berpikir berbasis hasil akhir (end-based thinking), berpikir
berbasis peraturan (rules-based thinking), dan berpikir berbasis rasa
peduli (care-based thinking). Prinsip ini digunakan sebagai arah
pengambilan keputusan yang akan diambil menuju keputusan yang paling sesuai.
Untuk 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan terdiri dari
: mengenalai nilai-nilai yang saling bertentangan, menentukan siapa saja yang
terlibat, kumpulkan fakta-fakta yang relevan, pengujian benar dan salah (uji
legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan), pengujian
paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi
trilema, membuat keputusan dan tinjau lagi keputusan dan refleksikan.
- Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
- Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
- Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sebagai
seorang individu maupun dalam memposisikan diri sebagai pemimpin pembelajaran,
maka mempelajari modul ini sangatlah penting. Di mana keputusan yang diambil
harus berdasarkan beberapa pertimbangan yang matang sehingga keputusan yang
diambil dapat dipertanggungjawabkan, mampu memberikan
manfaat yang positif bagi banyak orang, berdampak baik terhadap lingkungan serta
tidak merugikan salah satu pihak. Dengan memahami isi modul ini, diharapkan
setiap keputusan yang diambil adalah langkah bijaksana dan paling terbaik untuk
jangka panjang. Aaamiinnn….
12 Komentar
"Memanusiakan Manusia demikian istilah yang sering saya dengar" Pendidik sebagai profesi yang cukup berat telah menerima tanggung jawab mendidik dari berbagai pihak yakni orang tua, masyarakat, dan negara. Tanggung jawab tersebut diterima atas dasar kepercayaan bahwa seorang guru mampu memberikan pendidikan yang sesuai dengan peserta didik. Salam Bahagia
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Hapusterima kasih bunda
HapusMantap PGP wajib Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan, Pendidikan merupakan suatu kewajiban manusia karena dari adanya pendidikan, manusia dapat memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang. Pada hakikatnya, manusia dapat dididik dan mendapatkan pendidikan sepanjang hidupnya.
BalasHapusTerma kasih Guru...terus bergerak untuk kemajuan pendidikan Indonesia
HapusTerima Kasih Pak, siapa lag kalau nukan kita
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusMerdeka Mengajar Indonesia, lanjutkan bergerak
BalasHapustenkyu
HapusMenginspirasi Materinya terima kasih
BalasHapusma kasih
HapusMajukan pendidikan para pemimpin pembelajaran
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya
Emoji